_dhama_

Nama lengkap: Wendha Adha Juliansyah; TTL: Baturaja, 15 Juli 1988; Almt: kemiling permai no 088

Subscribe
Add to Technorati Favourites
Add to del.icio.us
Minggu, 13 September 2009

FOTOGRAFI

Diposting oleh Wendha Adha Juliansyah

Fotografi (Photography, Ingrris) berasal dari 2 kata yaitu Photo yang berarti cahaya dan Graph yang berarti tulisan / lukisan. Dalam seni rupa, fotografi adalah proses melukis / menulis dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada cahaya, berarti tidak ada foto yang bisa dibuat Prinsip fotografi adalah memokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan menghailkan bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan (selanjutnya disebut lensa). Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat untuk menghasilkan gambar, digunakan bantuan alat ukur berupa lightmeter. Setelah mendapat ukuran pencahayaan yang tepat, seorang fotografer bisa mengatur intensitas cahaya tersebut dengan merubah kombinasi ISO / ASA (ISO Speed), Diafragma (Aperture), dan Kecepatan Rana (Speed). Kombinasi antara ISO, Diafragma & Speed selanjutnya disebut sebagai Eksposur (Exposure) Di era fotografi digital dimana film tidak digunakan, maka kecepatan film yang semula digunakan berkembang menjadi Digital ISO.

Sejarah fotografi

• Pada abad ke-5 sebelum masehi, ada orang yang bernama MoTi, berhasil menemukan gejala fotografi. Apabila sebuah ruangan gelap ada lubang yang memancarkan sinar, maka di tembok suatu ruangan tersebut akan terlihat gambar sumber cahaya tadi secara terbalik.

• Ibn Al-Haitham, seorang Arab juga menemukan menemukan gejala yang sama.

• Foto pertama dibuat pada tahun 1826 selama 8 jam. Louis Jacques mande Daquerre merupakan bapak fotografi dunia (1837). Kamera Obcura merupakan kamera yang pertama kali yang dipakai untuk menggambar kemudian memotret.

• Kamera Kodak (Eastmant Kodak) pertama kali ditemukan oleh Snapshooter 1888 di Amerika.

• Tahun 1900 seorang Juru gambar telah mencipta kamera Mammoth. Kamera ini amat besar ukurannya dimana beratnya 1,400 pound. Lens seberat 500 pound. Sewaktu mengubah atau memindahkannya tenaga manusia sebanyaki 15 orang

Lensa fotografi

Diposting oleh Wendha Adha Juliansyah

Dalam bidang fotografi, lensa merupakan alat vital dari kamera yang berfungsi memfokuskan cahaya hingga mampu membakar medium penangkap (atau lebih umum dikenal dengan nama film). Terdiri atas beberapa lensa yang berjauhan yang bisa diatur sehingga menghasilkan ukuran tangkapan gambar dan variasi fokus yang berbeda.

Di bagian luar lensa fotografi biasanya ditempatkan tiga cincin pengatur, yaitu cincin panjang fokus (untuk lensa jenis variabel), cincin diafragma, dan cincin fokus.

Fokus

Adalah bagian yang mengatur jarak ketajaman lensa (lihat juga depth of field).

Kecepatan rana

Kecepatan rana (shutter speed) artinya penutup (to shut = menutup). Pada waktu kita menekan tombol untuk memotret, terjadi pembukaan lensa sehingga cahaya masuk dan mengenai film. Pekerjaan shutter adalah membuka dan kemudian menutup lagi.

Kecepatan rana adalah kecepatan shutter membuka dan menutup kembali. Shutter speed dapat kita atur. Jika kita memilih 1/100, maka ia akan membuka selama 1/100 detik.

Macam-macam lensa kamera

Diposting oleh Wendha Adha Juliansyah

  • Lensa Standar. Lensa ini disebut juga lensa normal. Berukuran 50 mm dan memberikan karakter bidikan natural.
  • Lensa Sudut-Lebar (Wide Angle Lens). Lensa jenis ini dapat digunakan untuk menangkap subjek yang luas dalam ruang sempit. Karakter lensa ini adalah membuat subjek lebih kecil daripada ukuran sebenarnya. Dengan menggunakan lensa jenis ini, di dalam ruangan kita dapat memotret lebih banyak orang yang berjejer jika dibandingkan dengan lensa standar. Semakin pendek jarak fokusnya, maka semakin lebar pandangannya. Ukuran lensa ini beragan mulai dari 17 mm, 24 mm, 28 mm, dan 35 mm.
  • Lensa Fish Eye. Lensa fish eye adalah lensa wide angle dengan diameter 14 mm, 15 mm, dan 16 mm. Lensa ini memberikan pandangan 180 derajat. Gambar yang dihasilkan melengkung.
  • Lensa Tele. Lensa tele merupakan kebalikan lensa wide angle. Fungsi lensa ini adalah untuk mendekatkan subjek, namun mempersempit sudut pandang. Yang termasuk lensa tele adalah lensa berukuran 70 mm ke atas. Karena sudut pandangannya sempit, lensa tele akan mengaburkan lapangan sekitarnya. Namun hal ini tidak menjadi masalah karena lensa tele memang digunakan untuk mendekatkan pandangan dan memfokuskan pada subjek tertentu.
  • Lensa Zoom. Merupakan gabungan antara lensa standar, lensa wide angle, dan lesa tele. Ukuran lensa tidak fixed, misalnya 80-200 mm. Lensa ini cukup fleksibel dan memiliki range lensa yang cukup lebar. Oleh karena itu lensa zoom banyak digunakan, sebab pemakai tinggal memutar ukuran lensa sesuai dengan yang dibutuhkan.
  • Lensa Makro. Lensa makro biasa digunakan untuk memotret benda yang kecil.

Kamera SLR

Diposting oleh Wendha Adha Juliansyah

Pada kamera SLR, cahaya yang masuk ke dalam kamera dibelokkan ke mata fotografer sehingga fotografer mendapatkan bayangan yang identik dengan yang akan terbentuk. Saat fotografer memencet tombol kecepatan rana, cahaya akan dibelokkan kembali ke medium (atau film). lensa kamera SLR dapat diganti ganti sesuai kehendak,sangat disukai para ahli foto, atau hobby, dudukan lensa pada body kamera berbeda benda tergantung merek kamera,mulai dari lensa wide(sudut lebar),tele(jarak jauh),dan lensa normal(standard 50 mm),tersedia pula lensa zoom dengan panjang lensa bervariasi

Kamera SLR mempunyai beberapa prinsip kerja yaitu :

  1. Cahaya masuk melalui lensa.
  2. Sebelum rana dibuka, cahaya dipantulkan cermin menuju pentaprisma untuk dibalikan karena pada dasarnya bayangan yang masuk kedalam kamera itu terbaik dari keadaan sesungguhnya.
  3. Ketika rana dibuaka ( pelepas rana ditekan ), secara bersamaan diagfragma yang udah diatur besarnya menutup ke posisi yang ditentukan. Cermin menutup dan rana membuka ( selama yang ditentukan p[engatur kecepatan rana ).
  4. Cahaya yang masuk terekan pada film yang merupakan bahan peka cahaya.
  5. Cermin, rana dan diafragma kembali keadaan semula setelah waktu yang kita atur pada pengatur kecepatan rana habis.

Aksesoris Kamera SLR

Diposting oleh Wendha Adha Juliansyah

Sebenarnya dengan mempunyai bodi dan lensa saja, Anda sudah bisa memotret. Tetapi untuk menambah kemudahan atau untuk menciptakan menciptakan efek khusus, tersedia bermacam-macam aksesoris kamera. Misalnya :

• Lampu kilat

Pada kamera terbaru, lampu kilat biasanya menyatu (built in) dengan kamera, dan secara otomatis akan menyala bila cahaya saat pemotretan kurang cukup. Kadangkala dengan satu lampu kilat saja hasilnya kurang memuaskan. Foto yang dihasilkan tampak datar, tidak mempunyai dimensi kedalaman, dan lebih celaka lagi bila mata orang yang difoto seakan-akan menyala merah (red eye). Kekurangan ini bisa dihindari dengan memakai lampu kilat tambahan sebagai cahaya pengisi. Lampu kilat ini harus dilengkapi pula dengan kabel sinkronisasiatau dengan slave.

• Tripod

Tripod adalah kaki tiga untuk menyangga kamera agar tetap kokoh saat memakai kecepatan rendah atau lensa tele. Disamping tripod ada pula monopod yaitu penyangga berkaki satu.

• Filter

Filter adalah sejenis kaca atau lensa yang dipasang di depan lensa. Fungsinya untuk menghasilkan efek khusus seperti mengubah warna obyek, membiaskan sinar, membuat gambar ganda, soft focus dan sebagainya. Selain itu, filter juga melindungi lensa dari sinar ultra violet yang dapat merusak film. Juga mencegah masuknya air, jamur atau debu yang dapat menggores permukaan lensa. Karena itu, ada baiknya untuk selalu memasang filter jenis UV atau sky light pada kamera.

• Tudung Lensa

Berguna untuk menghambat sinar dari samping atau atas. Sinar ini bisa memantul pada lensa sehingga hasil foto kurang bagus.

• Kabel Pelepas Rana

Bahasa teknisnya button release cable, yaitu kabel yang dipasang pada tombol rana. Dengan demikian fotografer dapat menjepretkan kamera dari tempat yang lain. Misalnya untuk memotret binatang yang bila didekati manusia akan lari terbirit-birit.

• Tas Kamera

Selain untuk membawa, juga sekaligus melindungi peralatan fotografi dari benturan, suhu panas atau air.

Teknik Blurring dalam Fotografi

Diposting oleh Wendha Adha Juliansyah

Salah satu cara paling efektif memberi kesan bergerak pada sebuah foto adalah dengan membiarkan subjek menjadi blur. Untuk memotret subjek yang bergerak menjadi blur diperlukan kecepatan rana rendah. Kecepatan rana yang diperlukan tergantung pada beberapa faktor.

Kecepatan subjek yang bergerak menjadi pertimbangan utama. Sebuah mobil yang melaju kencang mungkin akan menjadi blur pada eksposure dengan kecepatan rana 1/500 detik. Sementara itu, pejalan kaki akan menjadi blur pada kecepatan rana 1/30 detik saja.

Tehnik Pengukuran Pencahayaan dalam fotografi

Diposting oleh Wendha Adha Juliansyah

Teknik pengukuran Dikenal beberapa teknik yang digunakan oleh lightmeter, yaitu:

• Spot Metering

• Avarage Metering

• Center-weighted Metering

• Matrix Metering

Avarage metering

Merupakan teknik pengukuran paling kuno. Hasil pengukuran teknik ini adalah luminitas rata-rata dari gambar yang dipotret, sehingga hampir keseluruhan objek yang ada di dalam ruang tangkap akan terlihat jelas. Detail tertentu akan terlihat hanya jika memiliki tingkat luminitas sama dengan rata-rata gambar.

Spot Metering

Setiap bagian dari objek akan memberikan hasil pengukuran berbeda. Avarage metering akan membuat pengukuran rata-rata dari setiap bagian sehingga gambar yang dihasilkan hanya memberikan detail rata-rata dari keseluruhan objek. Untuk mendapatkan detail tertentu secara maksimal, digunakan spot metering. Bagian yang diabaikan mendapatkan pengukuran yang salah sehingga detailnya akan menghilang

Teknik Freezing dalam Fotografi

Diposting oleh Wendha Adha Juliansyah

Dalam tehnik ini Penggunaan rana dengan kecepatan rendah pada subjek yang bergerak akan menimbul­kan blur yang memberi kesan gerak. Selain itu, penggunaan kecepatan tinggi juga dapat memberikan kesan gerak dengan membekukan gerakan yang sedang berlangsung, pemotretan ini lazim disebut freezing. Hasilnya adalah foto yang mem­perlihatkan subjek foto tepat di tengah gerakan yang sedang dilakukan.

Karena menggunakan kecepatan rana tinggi, gambar subjek menjadi jelas/tidak blur. Pemotretan freezing yang baik membutuhkan perencana­an. Jika mengetahui atau dapat yang bergerak memperkirakan arah yang akan dilalui subjek, Anda dapat menentukan sudut kamera, pencahayaan, latar belakang, jarak fokus, dan eksposure. Dengan demikian, Anda dapat lebih berkonsentrasi memperhatikan subjek tersebut. Yang tidak kalah pentingnya adalah mengantisipasi puncak gerakan yang akan di freeze.

Ketika Anda bekerja dengan rana berkecepatan tmggi, hampir selalu harus diimbangi dengan film berkecepatan tinggi untuk mendapatkan hasil terbaik. Film berkecepatan tinggi memungkinkan Anda mendapat diafragma besar. Hasilnya adalah depth off field yang lebih lebar.

Kamera Analog Dan Kamera Digital

Diposting oleh Wendha Adha Juliansyah

Kamera Analog

Sebelum era digital orang sudah mengenal berbagai macam jenis dan merk dari kamera analog. Sebutan analog berbeda dengan otomatis dalam ruang lingkup kamera. Analog dalam kamera mengacu pada sistem kerja mekanik dari suatu kamera. Sistem kerja kamera analog yang banyak digunakan oleh masyarakat umum adalah menggunakan film seluloid 35mm sebagai sarana untuk menangkap cahaya(dalam hal ini biasa disebut gambar). Walau kamera analog banyak jenisnya tapi prinsipnya sama, yaitu menerima data gambar melalui proses kimiawi suatu media. Sebenarnya media penerima gambar tidak hanya film seluloid 35mm. Tapi dalam hal ini saya tidak akan membahas lebih lanjut karena topik pembahasan kali ini adalah perbedaan kamera digital dan kamera analog.

Film pada kamera analog berfungsi ganda sebagai penerima gambar sekaligus sebagai penyimpan data gambar yang dihasilkan. Pada media film berlaku 1 gambar yang kita perolah akan disimpan dalam 1 media film. Umumnya produsen menyediakan 1 roll film yang berisi sejumlah film dengan tujuan agar para konsumen tidak perlu selalu mengganti film yang sudah terpakai.

Sedangkan pengertian otomatis adalah kemampuan suatu kamera dalam menyediakan fungsi-fungsi otomatis dalam hal pengaturan cahaya yang masuk sehingga gambar yang dihasilkan dapat memiliki komposisi pencahayaan yang tepat. Berbeda dengan fungsi manual dimana kita harus mengatur sendiri sebarapa banyak cahaya yang masuk agar dapat menghasilkan gambar yang sesuai dengan harapan kita.

Kamera Digital

Pada kamera digital sistem penerimaan cahaya untuk menghasilkan suatu gambar dengan menggunakan sensor yang digunakan untuk menggantikan media film pada kamera analog. Sensor yang berada dibelakang lensa setelah menerima cahaya akan mengirimkan data mentah digital ke prosesor suatu kamera. Prosesor kamera tersebut berfungsi untuk mengolah data mentah digital menjadi data digital gambar yang lebih baik. Setelah pemrosessan, data gambar yang masih dalam bentuk digital akan disimpan dalam mendia penyimpanan berupa memori yang tedapat dalam kamera digital.

Sensor yang banyak dipakai oleh produsen berupa semikonduktor dengan nama CCD(charged-couple device semiconductor) dan CMOS(complementary metal-oxide semiconductor). Kualitas maupun ukuran dari sensor ini salah satu dari faktor penting yang mempengaruhi kualitas dari gambar yang akan dihasilkan.

Media penyimpanan data digital gambar pada kamera digital terpisah dengan media penangkap cahaya. Media penyimpanannya biasa disebut memori memiliki berbagai macam jenis bergantung dari produsen pembuat kamera. Yang umum digunakan adalah tipe-tipe Compact Flash(CF), Secure Digital(SD), Multi Media Card (MMC), Memory Stick (MS) dan (XD).

Kamera Digital versus Kamera Analog
Dewasa ini kamera digital sudah sangat umum digunakan oleh masyarkat. Banyak keuntungan yang didapatkan dengan menggunakan kamera digital. Faktor utama adalah masalah kepraktisan. Dengan kamera digital waktu yang digunakan untuk mendapatkan hasil foto jadi lebih singkat. Kita tidak perlu lagi menunggu untuk mencuci film dan mencetaknya karena hasil foto yang kita ambil dapat langsung kita lihat saat itu juga.

Faktor kedua adalah biaya. Dengan kamera digital kita tidak perlu mengeluarkan uang untuk biaya pembelian film dan cuci cetak suatu foto. Hasil dapat disimpan langsung ke komputer tanpa proses scanning.

Dengan uraian diatas semoga dapat membantu pemahaman tentang kamera digital dan kamera analog bagi masyarakat umum.

Rabu, 04 Maret 2009

Aplikasi Kurikulum dalam Proses Pendidikan

Diposting oleh Wendha Adha Juliansyah

Makalah
Aplikasi Kurikulum dalam Proses Pendidikan.
Metode Penulisan Karya Ilmiah
DISUSUN
O
L
E
H

NAMA : WENDHA ADHA JULIANSYAH
NPM : 07.22.051
KELAS : B.3.2

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BATURAJA
TAHUN AKADEMIK 2008/2009
DAFTAR ISI
Halaman judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Indentifikasi Masalah
1.3 Pembatasan Masalah
1.4 Rumusan Masalah
1.5 Tujuan Penulisan
1.6 Manfaat Penulisan
Bab II Kajian Pustaka
2.1 Kajian Teori
2.2 Konsep Teori
Bab III Pembahasan
3.1 Usaha pemahaman pentingnya kurikulum bagi pendidikan
3.2 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang. Pendidikan bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab, kemasyarakatan dan kebangsaan.
Untuk mencapai suatu tujuan pendidikan nasional, ada beberapa hal yang mempengaruhinya, yaitu media, sumber belajar, guru, siswa, lingkungan, dan system pendidikan yang semua itu tercantum dalam kurikulum.
Pelaksanaan kegiatan pendidikan dalam satuan pendidikan didasarkan atas kurikulum yang berlaku secara nasional dan kurikulum yang disesuaikan dengan keadaan serta kebutuhan lingkungan dan ciri khas satuan pendidikan yang bersangkutan, kurikulum yang berlaku secara nasional ditetapkan oleh menteri atau menteri lain atau pimpinan lembaga pemerintah non departemen berdasarkan pelimpahan wewenang dan menteri
“Sebagai usaha untuk meningkatkan mutu lulusan pendidikan disatuan pendidikan tertentu pemerintah sengaja melakukan penyesuaian kurikulum pendidikan dengan mengubahnya sesuai kebutuhan zaman dan perkembangan teknologi” (Sunarto, Dkk, 2006: V). Perubahan kurikulum pada setiap jangka waktu tertentu sengaja dilakukan sebagai usaha untuk memperbaiki kondisi pendidikan sebelumnya.
Telah diketahui bahwa dalam pendidikan Negara kita telah beberapa kali terjadi amandemen kurikulum, yaitu mulai dari kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994, kurikulum 2004, dan kurikulum 2004 (KBK), dan terakhir kurikulum 2007 (KTSP). Konsep- konsep baru lahir sebagai cerminan yang memberikan arah baru bagi para pendidik/ guru dalam proses pendidikan. Guru selalu dituntut untuk mampu melaksanakan program pembelajaran yang telah menjadi target kurikulum yang telah ditetapkan bersama.
Namun kenyataannya masih banyak guru disekolah tertentu yang melaksanakan proses pembelajaran belum mengacu pada kurikulum secara maksimal. Hal ini terlihat dari penggunaan metode atau media yang digunakan saat proses belajar mengajar. Misalnya saja dalam kurikulum KBK ini guru masih menggunakan cara CBSA (catat buku sampai habis) dan ,mengurangi penguraian secara langsung. Selain itu ada juga yang hanya menggunakan metode ceramah dalam belajar, padahal si guru telah tahu bahwa pada saat itu kurikulum yang berlaku pada saat itu adalah kurikulum KBK yang mengharuskan pembelajaran berpengalaman atau lebih kepada praktek keterampilan langsung untuk mempermudah peserta didik mencerna materi yang diberikan. Selain itu masih banyak guru yang mengabaikan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan seperti penggunaan
Maka berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk mengangkat masalah kinerja guru dalam proses KBM dengan didasarkan kurikulum yang berlaku.

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis telah mengdentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:
Masih kurangnya pemahaman guru-guru mengenai kurikulum yang berlaku.
Belum adanya koordinasi antara guru-guru sebagai usaha penerapan kurikulum.
Banyaknya guru-guru yang masih menggunakan kurikulum lama sebagai acuan mengajar.
Kurangnya pemahaman guru-guru tentang pentingnya kurikulum sebagai acuan untuk pembelajaran yang efektif.

1.3 Pembatasan Masalah
Karena keterbatasan sumber dan waktu penyelesaian, maka penulis hanya mengangkat masalah kurangnya pemahaman guru tentang pentingnya kurikulum sebagai acuan untuk pembelajaran yang efektif.

1.4 Rumusan Masalah
Adapun rumusan yang diangkat adalah “Bagaimanakah usaha untuk menyadarkan guru mengenai pentingnya kurikulum dalam proses pembelajaran.”

1.5 Tujuan Penulisan
Tujuan penulis mengangkat masalah ini adalah untuk mendeskripsikan usaha memberikan pemahaman kepada guru mengenai pentingnya aplikasi kurikulum dalam proses pendidikan.

1.6 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan ini adalah sebagai berikut:
Bagi penulis, yaitu untuk menambah wawasan dan pengetahuan pribadi serta dapat dijadikan bekal untuk kedepannya.
Bagi pembaca, yaitu untuk menambah wawasan tentang usaha pemahaman mengenai pentingnya kurikulum dalam pendidikan.

Bab II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Definisi Kurikulum
Ralph Tyler (1949) berpendapat bahwa kurikulum merupakan semua pelajaran-pelajaran murid yang direncanakandan dilakukan oleh pihak sekolah untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikannya.
Abdullah Idi (1997:5) berpendapat pula bahwa kurikulum adalah rencana-rencana yang dibuat untuk membimbing dalam belajar disekolah, yang biasanya meliputi dokumen, level secara umum, dan aktualisasi dari rencana-rencana itu dikelas, sebagai pengalaman murid, yang telah dicatat dan dtuls oleh seorang ahl; pengalaman-pengalaman tersebut ditempatkan dalam lingkungan belajar yang juga mempengaruhi apa yang dipelajari
2. Peranan Kurikulum
Kurikulum memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Peranan Konservatif, yaitu mentransmisikan dan menafsirkan warisan sosial kepada anak didik atau generasi muda.
b. Peranan kritis atau evaluatif, yaitu kurikulum turut aktif berpartisipasi dalam control social dan menekankan pada unsure kritis.
c. Peranan Kreatif, yaitu menciptakan dan menyusun sesuatu yang baru sesuai dengan kebutuhan masa sekarang dan masa mendatang dalam masyarakat.
3. Komponen-komponen kurikulum
Abdullah Idi (1997:12-16) menjabarkan komponen-komponen yang terdapat dalam kurikulum sebagai berikut:
a. Komponen Tujuan
Tujuan merupakan suatu hal yang paling penting dalam proses pendidikan yakni hal yang ingindicapai secara keseluruhan, yakni meliputi tujuan domain kognitif, domain afektif dan domain pskomotor.
b. Komponen Isi dan struktur program atau Materi
Komponen Isi dan stuktur Program atau materi merupakan materi yang diprogramkan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Isi materi yang dimaksud adalah biasanya meliputi materi bidang-bidang studi.
c. Komponen Media atau sarana dan prasarana
Media merupakan sarana perantara dalam pengajaran. Sarana dan prasarana atau media merupakan alat Bantu untuk memudahkan dlam mengaplikasikan isi kurikulum agar lebih mudah dimengerti oleh anak didik dalam proses belajar mengajar.
d. Komponen Strategi Belajar Mengajar
Strategi menunjuk pada suatu pendekatan, metode, dan peralatan mengajar yang diperlukan dalam pengajaran. Dalam proses belajar mengajar seorang pendidik atau guru perlu memahami suatu strategi.
e. Komponen Proses Belajar Mengajar
Komponen ini memiliki keterkaitan erat dengan suasana belajar diruangan kelas maupun di luar kelas. Berbagai upaya pndidik untuk menumbuhkan motivasi, kreativitas dalam belajar merupakan suatu langkah yang tepat dalam proses belajar.
f. Komponen Evaluasi atau Penilaian
Untuk melihat sejauhmana keberhasila dalam pelaksanaan kurikulum maka diperlukan evaluasi.
4. Masalah Fungsi kurikulum
Melihat kondisi Indonesia jika membicarakan pendidikan apalagi persoalan kurikulum untuk saat ini sangat kompleks. Beragam kurikulum yang pernah ada di Indonesia ternyata masih belum mampu memberikan solusi yang dapat meningkatkan kualitan pendidikan Indonesia. Kondisi seperti itu seiring dengan ditandai oleh rendahnya mutu kelulusan , fasilitas dan sarana yang kurang memadai serta banyak hal lain yang melingkupi problematika pendidikan kita.
Melihat hal ini sebenarnya harus dilihat dari berbagai sudut, karena pendidikan adalah sebuah system. Kurikulum yang tidak menunjukkan fungsinya dengan baik juga harus diteliti. Karena konsep kurikulum yang ideal tanpa didukung oleh pelaksana yang handal dan segala fasilitas yang ada tidak akan mencapai harapan. Telah sekian kali kurikulum di Indonesia berganti untuk alas an mencapai system pendidikan yang ideal. Tetapi peubahan tersebt kadang tidak memperhatikan aspek disekelilingnya, terutama guru sebagai pelaksana. Tanpa disadai perubahan kurikulum yang tergesa-gesa membuat guru kebingungan. Belum selesai pemahaman mengenai kurikulum KBK, tiba-tiba saja pemerintah meresmikan kurikulum KTSP. Akibatnya banyak guru yang asal mnyampaikan pelajaran tanpa di dasarkan dengan kurikulum yang berlaku. Tetapi terkadang sudah tahu dengan kurikulum yang ada tapi tidak dterapkan di proses mengajar.

B. Kerangka Konseptual
KURIKULUM
Definisi Kurikulum

Peranan Kurikulum

Komponen-komponen kurikulum

Masalah kurikulum

BAB III PEMBAHASAN
A. Usaha pemahaman pentingnya kurikulum bagi pendidikan
Kemajuan dan keberadaan martabat bangsa sangat dominan ditentukan sejauh mana peran pendidikan suatu bangsa itu. Dalam ragka mewujudkan katahanan nasional serta mewujudkan masyrakat yang maju yang berakar pada kebudayaan bangsa dan persatuan nasional yang berwawasan Bhineka Tunggal Ika berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka perlu ditetapkan Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional, yakni Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989.
Salah satu bagian terpenting dari pendidikan adalah kurikulum yang dijadikan sebagai acuan dan pedoman dalam menjalankan pendidikan. Pendidik atau guru sebagai pelaksana kurikulum tersebut adalah pihak penentu yang mengaplikasikan sketsa harapan kegiatan saat proses pembelajaran. Apabila seorang pendidik tidak mampu mengaplikasikan kurikulum pada saat proses pembelajaran maka kurikulum sebaik dan seideal apapun tidak akan berpengaruh terhadap perbaikan system pendidikan di Indonesia.
Masalah ini telah lama berlangsung dalam pendidikan di Negara kita. Ketika kurikulum telah di susun sedemikian rupa, pelaksana pendidika atau guru nya malah yang tidak kompeten dalam menjalankannya atau mengenyampingkan peran kurikulum tersebut.
Menurut saya, untuk mengatasi masalah guru yang belum memahami pentingnya kurikulum bagi pendidikan dapat dilakukan dengan cara:

1. Sosialisasi Pentingnya Penggunaan Kurikulum dalam Pendidikan
Dalam proses perubahan kurikulum dalam suatu waktu tertentu harus dibekali atau diikuti juga dengan sosialisasi terus menerus terhadap masyarakat, khususnya guru yang berperan penting sebagai driver dalam penggunaan kurikulum dalam proses belajar mengajar.
Sosialisasi tersebut dapat dilakukan dengan cara mengadakan seminar-seminar, diklat-diklat singkat, kemudian penataran bagi guru-guru menyangkut isi dan ketentuan kurikulum yang bersangkutan. Sehingga dalam prakteknya guru benar-benar memiliki bekal yang cukup baik untuk mengaplikasikan kurikulum dalam proses belajar mengajar.
2. Membentuk kurikulum yang efektif dan Cocok dengan Pendidik
Dapat disimpulkan perubahn kurikulum yang terjadi selama beberapa kali dalam system pendidikan di Indonesia dalam rangka menyesuaikan dengan perkembangan kondisi zaman yang terus berkembang.
Namun menurut saya perlu bagi kita untuk benar-benar memperhatikan perubahan kurikulum tersebut. Perlu bagi kita untuk membentuk kurikulum yang efektif dan ideal. Maksudya adalah kurikulum yang dibentuk memang sesuai dengan Negara kita, sesuai dengan kemampuan pelaksananya, dan sesuai dengan anggarn pendidikannya. Karena percuma apabila hanya kurikulum yang keren tapi tidak bisa diaplikasikan oleh si guru karena alasan kompetensinya kurang.
Selain itu jangan membuat si guru bingung dengan kurikulum mana yang dipakai karena begitu cepatnya perpindahan kurikulum yang satu dengan kurikulum yang lainnya. Biarkan mereka mencerna makna kuriukulum yang berlaku sehingga mereka benar-benar memahami amplikasi kurikulum terhadap tugasya sebagai pendidik.
3. Perhatian Pemerintah
Apabila guru telah memiliki bekal yang cukup untuk mengaplikasikan kurikulum tertentu, tinggal kemantapan sarana dan prasarana yang dipikirkan. Karena percuma bila guru telah memahami dengan baik maksud kurikulum, tetapi sarana dan prasarana tidak mendukung.
Hal ini melibatkan perhatian pemerintah yang menyalurkan dana. Pemerinahlah yang bertanggung jawab dalam menyalurkan dana untuk penyediaan sarana dan prasarana pendidikan sehingga maksud dan keinginan kurikulum dapat diterapkan dengan baik.

B. Kesimpulan
Beradasarkan pembahasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam memberikan pemahaman mengenai pentingnya kurikulum dalam proses pendidikan dapat dilakukan dengan cara:
1. Sosialisasi mengenai pentingnya kurikulum dalam pendidikan
2. Membentuk kurikulum yang efektif dan cocok dengan pendidik
3. Perhatian Pemerintah

Pemanfaatan media audio-radio untuk pembelajaran

Diposting oleh Wendha Adha Juliansyah

PEMANFAATAN MEDIA AUDIO DAN RADIO UNTUK
PEMBELAJARAN

Melalui bagian ini diharapkan Anda dapat menjelaskan sekaligus mengajarkan tentang:
1. pengertian media audio dan radio,:
2. kelebihan dan kekurangan media audio dan radio,
3. manfaat media audio dan radio untuk pembelajaran,
4. macam-macam file penyimpanan audio, dan
5. radio streaming.
Banyak jenis ICT yang dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. Ada yang berbasis komputer (baik yang bersifat offline maupun yang bersifat online) , ada yang berbasis televisi, ada yang berbasis telefon dan ada yang berbasis audio ataupun radio. Jadi Radio merupakan salah satu jenis ICT yang dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran, Bagaimana dengan Audio?, Baik Audio maupun Radio dua-duanya merupakan media pembelajaran yang berbasis suara atau bunyi. Audio berasal dari kata audible, yang artinya suara yang dapat didengarkan secara wajar oleh telinga manusia. Kemampuan mendengar telinga manusia berada pada daerah frekuensi antara 20 sampai dengan 20.000 Hertz. Di luar itu, manusia tidak mampu lagi mendengarkannya. Ketika temannya menyanyi dan membaca puisi, mereka bisa mendengarkannya dengan baik, karena frekuensi suara yang dikeluarkan oleh kedua temannya tersebut masih berada pada daerah frekuensi antara 20 hingga 20.000 hertz. Sebailknya ketika melihat sekawanan semut yang sedang berjalan mereka tidak mendengarkan apa-apa, padahal sebenarnya gerakan semut tersebut juga mengeluarkan bunyi, hanya saja frekuensi bunyi yang dikeluarkannya di bawah 20 hertz, sehingga telinga kita tidak mampu mendengarkannya. Demikian pula ketika diminta untuk mendengarkan bunyi gerakan evolusi maupun revolusi bumi, telinga kita juga tidak mampu mendengarkannya, hal ini karena frekuensi suara yang dikeluarkannya melebihi 20.000 hertz, sehingga kita tidak mampu untuk menangkap bunyi dari gerakan bumi yang kita tempati ini. Kaitannya Audio sebagai media pembelajaran, maka suara-suara ataupun bunyi direkam dengan menggunakan alat perekam suara, kemudian diperdengarkan kembali kepada peserta didik dengan menggunakan sebuah alat pemutar. Jika suara/bunyi tadi diperdengarkan ke peserta didik melalui stasiun pemancar Radio, maka disebut media tersebut dikatakan sebagai Radio.
Ada beberapa manfaat yang akan diperoleh jika guru memanfaatkan media audio ataupun radio sebagai media pembelajaran. Tugas guru akan jauh menjadi lebih ringan jika dibandingkan dengan jika tanpa dibantu oleh media ini. Sebagai ilustrasi : betapa beratnya seorang guru sejarah yang harus ngomong (berceritera) dari pagi sampai siang untuk menyampaikan materi pembelajaran sejarah kepada siswa-siswanya. Karena yang namanya sejarah mau tidak mau , senang atau tidak senang guru harus ngomong untuk untuk menyampaikan substansi materi tersebut. Di pagi hari ketika kondisi guru masih fresh, tentu ia akan dapat menyampaikannya dengan maksimal (bagus), tetapi semakin siang kondisinya tentu semakin menurun sehingga penyampaian materi pembelajaran menjadi tidak maksimal lagi. Hal serupa akan dialami oleh guru-guru bidang studi lainnya seperti guru Bahasa, Guru menyanyi/Seni musik, Guru Sosiologi, Guru PPKn, Guru yang ingin mengajarkan materi tentang aneka suara binatang, suara halilintar, suara gunung meletus dan lain-lain. Permasalahan tersebut akan teratasi jika guru dibantu dengan media audio atau radio. Media ini sangat cocok untuk menyampaikan materi-materi pembelajaran yang erat kaitannya dengan masalah ceritera dan bunyi. Selain itu media ini juga sangat cocok untuk mengembangkan daya imaginasi peserta didik.
Betapapun bagusnya sebuah media tentu ia memiliki kelemahan-kelemahan di samping kelebihan-kelebihannya. Demikian pula media Radio maupun media Audio , Ia memiliki kelemahan disamping kelebihannya. Setelah diperdengarkan media audio dan radio
Ada beberapa kelebihan media radio antara lain daya jangkaunya yang begitu luas hingga mampu menembus seluruh pelosok tanah air. Begitu dipancarkan, maka dalam waktu yang bersamaan beribu-ribu bahkan berjuta-juta peserta didik dapat memanfaatkannyra sebagai sumber belajar. Tidak seperti televisi, gelombang radio tmampu mengatasi hambatan yang berupa gunung, pepohonan maupun tembok bangunan. Meskipun terhalang gunung, tembok atau pepohonanjenis gelombang radio tertentu dapat menembusnya, sehingga siaran radio dapat dinikmati oleh peserta didik yang tinggal di pelosok-pelosok sekalipun. Harganya relatif murah sehingga pesawat radio telah dimiliki oleh hampir setiap keluarga di Indonesia. Jika di suatu daerah tidak ada saluran listrik, maka ia bisa diopersikan dengan batteray yang harganya relatif terjangkau dan mudah didapat. Karena sifatnya yang komunikatif, maka jika didengarkan sendirian siaran radio laksana bisa menjadi teman. Namun demikian perlu diingat bahwa media radio merupakan media searah yang mana bila ada hal-hal yang kurang jelas, maka peserta didik tidak bisa bertanya, berdialog ataupun berdiskusi dengan pendidiknya. Padahal dalam kegiatan pembelajaran proses komunikasi harus berlangsung dua arah. Oleh karena itu untuk mengatasi kelemahan ini, secara pereodik harus diprogramkan adanya acara siaran jumpa pendidik dengan peserta didiknya. Acara ini bisa dilakukan melalui acara siaran jumpa pendidik dan peserta didik, melalui telefon, e-mail, SMS, surat menyurat atau bisa juga melalui jumpa langsung dengan pendidik di tempat-tempat yang telah ditentukan guna mendiskusikan kesulitan-kesulitan yang ditemui dalam memahami materi pembelajaran yang disampaikan melalui siaran.
Pada uraian sebelumnya telah dikemukakan tentang manfaat (sisi positif) dari media audio, namun ia juga merupakan media pembelajaran yang sifatnya searah namun demikian jika ada sesuatu yang kurang jelas peserta didik dapat memutar nya kembali berulang-ulang di mana saja dan kapan saja, sampai akhirnya peserta didik dapat memperoleh kejelasan tentang materi yang sedang mereka pelajari Untuk mengatasi kelemahan ini maka perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
-Materi yang ada di progam audio maupun radio hendaknya mampu memotivasi agar peserta didik tertarik untuk mendengarkannya sampai selesai. Sehubungan dengan hal ini unsur menghbur perlu diperhatikan tentunya, agar peserta didik tidak bosan dan senang mendengarkannya sampai program selesai.
Adanya jadwal atau acara tatap muka. yaitu perttemuan antara pendidik dengan peserta didiknya guna mendiskusikan berbagai kesulitan yang ditemui dalam mempelajari materi pembelajaran yang dikemas dalam media audio.

Berbagai jenis alat penyimpanan file audio antara lain piringan hitam, kaset, CD, DVD, Audio Digital (MP3, WAV), dan lain-lain.
· Piringan Hitam (PH).
Alat penyimpan file audio (modern) yang pertama ditemukan adalah Piringan Hitam. Ia memiliki pena bergetar yang berfungsi untuk menghasilkan bunyi/suara dari sebuah disc. Alat yang diperlukan untuk memutar piringan hitam adalah Gramophone.
· Kaset
Kaset, adalah alat penyimpan file audio yang berbentuk pita kaset. Setiap pita kaset mampu menyimpan file audio yang berdurasi sekitar 1 jam di setiap sisinya. Kualitas suaranya cukup baik. Penurunan kualitas suara dapat terjadi jika pita kaset rusak, jamuran, kotor dan lain-lain. Alat untuk memutar kaset bisa berupa radio tape, tape deck atau bisa juga diputar dengan menggunakan walkman.
· CD dan DVD
CD atau Compact Disc dan juga DVD atau Digital Compact Disc adalah sebuah media penyimpanan file audio yang dibuat untuk merampingkan sistem penyimpanannya. Selain ramping, keduanya memiliki kemampuan menyimpan file yang lebih banyak jika dibandingkan dengan kaset. Kualitas suara yang dihasilkan juga lebih bagus. Kualitas suara akan menurun atau bahkan hilang jika permukaan disc tergores, kotor, berjamur atau mengalami kerusakan lainnya. Alat yang diperlukan untuk memutar CD atau DVD audio adalah CD player dan atau DVD Player.
· MP3
MP3 merupakan salah satu bentuk (format) penyimpanan file audio digital yang paling popular . Disamping ukuran filenya yang lebih kecil, MP3 juga memberikan kualitas suara yang lebih bagus jika dibandingkan dengan CD audio. Alat untuk memutar MP3 adalah MP3 player. Selain itu MP3 juga bisa diputar dengan iPod. iPod adalah salah satu merk dari serangkaian alat pemutar media digital yang dirancang, dikembangkan dan dipasarkan oleh Apple Computer.
· Audio Digital (WAV)
WAV atau Waveform audio format, merupakan salah satu format penyimpanan file audio yang dirancang dan dikembangkan oleh Microsoft dan IBM. Perangkat yang diperlukan untuk memutar WAV salah satunya adalah iPod.. Selain alat pemutar yang dikeluarkan oleh Aplle Computer dengan merk iPod. Microsoft juga mengeluarkan produk sejenis yang bias digunakan untuk memutar WAV maupun MP3, dengan merk Zune.
Seiring dengan perkembangan ICT yang begitu pesat, maka dalam dunia siaran radio muncul siaran radio yang berbasis internet. Model tersebut dikenal dengan nama Radio Streaming.

Radio dan Audio Streaming
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) yang berbasis radio, disamping siaran radio yang sifatnya konvensional seperti yang selama ini kita kenal dan kita dengarkan sehari-hari, kini berkembang radio maupun audio streaming. Kalau dalam radio konvensional materi pembelajaran dipancarkan melalui stasiun pemancar radio dan kita tangkap dengan menggunakan pesawat radio, maka dalam radio streaming materi pembelajaran ditembakkan ke dunia maya (internet). Melalui internet inilah materi pembelajaran dipancarkan ke seluruh belahan dunia. Melalui radio streaming kita dapat mendengarkan materi siaran secara langsung (live) dengan mengaksesnya via internet. Untuk menangkap materi siaran radio streaming diperlukan peralatan Komputer. Selain melalui komputer Siaran Radio Streaming juga dapat diikuti dengan menggunakan Handphone (HP) dan radio satelit.
Disamping radio streaming juga berkembang audio streaming. Audio streaming Prinsipnya sama dengan radio streaming. Dalam audio streaming materi pembelajaran disimpan di dunia maya (internet). Alat untuk memutar file audio streaming adalah Komputer atau Handphone atau Radio Satelit. Melalui audio streaming, peserta didik dapat memutar file secara langsung dan mendengarkannya tanpa harus mendownloadnya terlebih dahulu. Macam-macam audio streaming ini misalnya Winamp, Real Audio dan Liquid Radio (http://www.total.or.id/infophp?kk=audo streaming). Para operator telefon selular biasanya juga memberikan layanan audio streaming pada pelanggannya. Dengan mengirimkan SMS ke nomor tertentu, maka para pelanggan akan memperoleh layanan audio streaming, meski kebanyakan pelanggan memanfaatkannya masih sebatas untuk mendengarkan lagu-lagu.
Dengan mempelajari uraian materi dalam kegiatan ini diharapkan Anda dapat memahami sekaligus mengajaran materi yang berhubungan dengan:
pola atau model pemanfaatan media Audio untuk pembelajaran, dan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan media Audio. Sebagai mediia pembelajaran, ada beberapa model atau pola pembelajaran dengan memanfaatkan media audio. Ada 3 model utama yang perlu diketahui, model pertama terintegrasi dengan media cetak, model kedua terintegrasi dengan kegiatan pembelajaran di kelas dan model ketiga dimanfaatkan secara berdiri sendiri sebagai media audio interaktif. Untuk model pertama dan ketiga dapat dimanfaatkan secara individual maupun secara kelompok. Tempat pemanfaatannya bisa di mana saja dan kapan saja tergantung kebutuhan.
Ada beberapa model pemanfaatan media Audio untuk pembelajaran. Salah satunya ialah terintegrasi dengan media cetak (buku/modul).
· Pemanfaatannya dintegrasikan dengan cetak (bisa berupa modul/buku atau media cetak lainnya.
· Untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal, peserta didik dituntut harus sabar dan teliti, karena peserta didik harus bolak-balik antara mematikan audio untuk melihat ke modulnya atau menutup modul kembali memutar dan menyimak audionya. Bahkan antara menyimak modul dan mendengarkan audio kadang-kadang harus dilakukan secara bersama-sama
· Pengitegrasiaannya bisa secara murni (pure), tetapi bisa juga semi terintegrasi. Pengitegrasian secara murni artinya antara modul dengan media audionya merupakan satu kesatuam bahan pembellajaran yang tidak dapat di pisah-pisahkan. Peserta didik harus memiliki dan memanfaatkan keduanya secara terintegrasi dalam proses pembelajarannya. Keduanya tidak bias dimanfaatkan secara berdiri-sendiri.
· Untuk pengitegrasian yang sifatnya murni mayoritas materi pembelajaran ada di media audio.
· Materi yang ada di media audio (untuk pelajaran bahasa Inggris ) misalnya cara membaca wacana (reading), Vocabulary, listening, speaking, latihanlatihan, umpan balik hasil latihan dan penjelasan tata bahasa (grammar). Sedangkan materi yang ada di media cetak meliputi: Tujuan pembelajaran, petunjuk pembelajaran, wacana, daftar kata (vocab), tata bahasa (gramar), petunjuk mengerjakan soal, lembar jawaban soal dan lembar kerja siswa (LKS) jika diperlukan.
· Peserta didik dapat memanfaatkannya secara indivi dual atau kelompok. Jika dimanfaatkan secara individual peserta didik dituntut untuk lebih mampu belajar secara mandiri artinya ia dituntut harus disiplin dalam mengatur dirinya sendiri serta dituntut untuk mampu mencari jawaban sendiri atas permasaslahan yang diketemui ketika ia sedang melaksanakan kegiatan pembelajaran
· Sedangkan pengitegrasian yang sifatnya semi terintegrasi, seluruh materi pembelajaran (termasuk tujuan, petunjuk belajar dan lain-lain) tertulis di modul. Materi-materi tertentu yang memerlukan media audio seperti cara membaca wacana (untuk pelajaran bahasa Inggris) atau suara-suara berbagai jenis binatang (untuk pelajaran IPA – Biologi), bunyi nada (untuk pelajaran menyanyi), intonasi dalam pembacaan puisi (untuk pelajaran Bahasa Indonesia) dan lain-lain direkam dalam kaset audio. Ketika peserta didik membutuhkannya baru memutar kasetnya.
Ada beberapa model pemanfaatan media Audio untuk pembelajaran. Salah satunya ialah mengiintegrasikan media Audio ke dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
· Pemanfaatannya langsung diintegrasikan dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
· Materi-materi tertentu yang memerlukan bantuan media audio (seperti bunyi nada, suara-suara binatang,, cara melafalkan suatu kata dan lain-lain direkam ke dalam program audio
· Praktek pemanfaatannya sepenuhnya diserahkan kepada guru. Oleh karena itu guru bisa mengatur skenario kegiatan pembelajaran sebagai berikut: guru menjelaskan seluruh materi pembelajaran hingga selesai baru memutar program Audio atau guru memutar program Audionya terlebih dahulu baru memberikan penjelasan atau secara selang-seling antara penjelasan guru dengan pemutaran media Audio.
· Dalam model ini guru memiliiki peranan sentral, artinya keberhasilan kegiatan pembelajaran sangat tergantung pada guru.
· Disamping sebagai sumber belajar, guru sekaligus merangkap sebagai operator.dan fasilitator.
· Pertanyaan-pertanyaan dari peserta didik (umpan balik) langsung memperoleh tanggapan dari guru ataupun dari teman-temannya.
3. Model Pembelajaran Interaktif
Dalam model ini, melalui media Audio peserta didik diajak untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran, meskipun ajakan untuk ikut partisipasi tersebut sebenarnya hanyalah bersifat maya (semu). Dengan model interaktif seolah-olah terjadi komunikasi dua arah antara peserta didik dengan narrator yang membawakan materi pembelajaran dalam media audio. Ajakan untuk ikut berpartisipasi aktif tersebut dilakukan misalnya dengan meminta peserta didik untuk melakukan kegiatan menghitung, menulis, menirukan ucapan atau melafalkan, menjawab pertanyaan yang ditulis dalam buku catatan, membuat karangan singkat, bertanya kepada ayah/ibu/saudara, mengamati lingkungan sekitar, melihat koran/majalah, melihat buku pelajaran yang ditunjukkan judul bukunya berikut penulis-penerbit dan halamannya dan lain-lain. Ajakan untuk ikut berpartisipasi aktif bisa juga dilakukan dengan menanyakan berita penting yang terjadi pada hari itu misalnya yang dibaca dari koran, yang ditonton dari TV, yang didengar dari radio atau yang didengar dari orang tua, teman, saudara dan lain-lain.
Dalam model interaktif umpan balik diberikan oleh media Audio itu sendiri,
peserta didik dimita untuk mencocokkan jawabannya dengan jawaban-jawaban yang diberikan melalui media Audio. Oleh karena itu peserta didik dituntut untuk aktif. Model interaktif cocok untuk kegiatan pembelajaran baik yang bersifat individual maupun kelompok. Namun jika pemanfaatannya secara individual, maka peserta didik dituntut untuk lebih aktif mencari solusi sendiri atas persoalan-persoalan yang mereka temui. Dalam model ini peran peserta didik sangat menonjol sementara peran guru tidak terlalu sentral. Namun demikian guru tetap dituntut untuk memberikan penilaian atas hasil pekerjaan siswa.
Dalam langkah persiapan ada beberapa hal yang perlu dilakukan guru, yaitu:
· Siapkan mental peserta didik agar dapat berperan serta secara aktif, sehingga paling lambat sehari sebelumnya hal itu (rencana kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan media Audio ataupun Radio) harus sudah diberitahukan kepada mereka.
· Pastikan bahwa peralatan yang akan digunakan untuk menampilkan program (Radio,/Radio Tape/CD Player/Komputer/Radio Satelit/iPod/Zune), dapat berfungsi dengan baik.
· Jika memanfaatkan media Radio, pastikan bahwa jadwalnya sudah fix (tepat) dan topik yang akan disiarkan sesuai dengan topik yang akan dibahas.
· Jika memanfaatkan media Audio, pastikan bahwa topik yang akan dibahas tersedia kasetnya/CD/MP3/Flash dan usahakan Anda selaku guru telah mempreviunya terlebih dahulu sebelum menyajikan untuk kepentingan pembelajaran.
· Pastikan bahwa di ruangan tempat kegiatan pembelajaran tersedia power listrik yang dibutuhkan untuk memutar program.
· Ruangan hendaknya sudah diatur sedemikian rupa (cahaya, ventilasi, pengaturan tempat duduk, ketenangan dan lain-lain) sehingga peserta didik dapat mengikutinya dengan nyaman.
· Jika memerlukan LKS atau Bahan Penyerta, pastikan bahwa keduanya telah tersedia dengan jumlah yang mencukupi.
Pada langkah pelaksanaan hal-hal yang harus dilakukan antara lain:
· Jika memanfaatkan media radio arahkan posisi radio pada gelombang stasiun radio yang akan dituju dan tombol siap untuk di “on” kan. Jika menggunakan media Audio usahakan posisi penyimpan file (Kaset/CD/DVD/MP3/ Flash dan lain-lain) sudah berada di tempat pemutarnya dan tinggal menekan tombol “Play” atau “On”.
· Usahakan peserta didik sudah berada tempat kegiatan pembelajaran (standby) setidaknya 15 menit sebelum kegiatan pembelajaran dimulai dengan alat tulis, modul/buku, LKS dan kelengkapan belajar lainnya.
· Jelaskan kepada mereka tentang jenis matapelajaran, topik yang akan dibahas dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
· Mintalah siswa untuk memperhatikan baik-baik terhadap materi pembelajaran yang akan disampaikan melalui media Radio/Audio, mencatat bagian-bagian yang dianggap penting serta mengikuti berbagai instruksi (perintah) yang akan disampaikan lewat media Radio/Audio.
· Putarkan program (Radio/Audio) dengan memutar atau memencet tombol “play”.
· Usahakan suasana tetap tenang/kondusif selama pemutaran program media
· Perhatikan dan catat berbagai reaksi peserta didik selama mereka mengikuti kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan program Audio/Radio.
· Disamping sebagai nara sumber, pendidik juga sekaligus sebagai fasilitator. Oleh karena itu, dalam hal ini pendidik juga berkewajiban untuk memfasilitasi peserta didik agar mereka dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik dan maksimal.
· Setelah pemutaran program selesai matikanlah alat pemutar, dan mintalah siswa untuk tetap tenang di tempatnya masing-masing dan siap untuk mengikuti kegiatan pembelajaran berikutnya.
· Jika ada pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab peserta didik atau tugastugas singkat yang harus mereka kerjakan selama mendengarkan program, mintalah peserta didik untuk mengumpulkan lembar jawaban atau lembar tugas tersebut.

Pada langkah tindak lanjut hal-hal yang harus dilakukan antara lain:
· Mintalah peserta didik untuk menceriterakan ringkasan materi pembelajaran yang berhasil mereka serap selama mendengarkan program media radio/audio
· Mintalah peserta didik untuk menanyakan berbagai hal yang dianggap sulit (yang berhubungan dengan materi pembelajaran yang baru saja mereka pelajari melalui media radio/audio)
· Sebelum Anda menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peserta didik, terlebih dahulu berikan kesempatan kepada sesama peserta didik untuk mendiskusikan jawabannya. Peran pendidik di sini adalah sebagai fasilitator.
· Jika seluruh pertanyaan sudah berhasil dijawab oleh teman-teman sesama peserta, maka Anda tidak perlu menjawabnya lagi. Tugas Anda sebatas menjawab pertanyaan - pertanyaan yang belum terjawab selama berlangsungnya diskusi.
· Berikan tes untuk mengukur tingkat keberhasilan peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran melalui pemanfaatan Radio/Audio.
· Jika ada tugas-tugas atau PR yang harus dikerjakan, sampaikanlah sebelum peserta didik meninggalkan tempat.

PENUTUP
Melalui tulisan ini, nyatalah bahwa banyak sumber belajar yang dapat kita manfaatkan. Dari yang sifatnya rekaman sederhana sampai rekaman yang disiarkan melalui jagad maya. Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang begitu pesat pada saat pada saat ini mau tidak mau, setuju atau tidak setuju tentu akan membuka cakrawala pemikiran kita bahwa di jagad maya terdapat beraneka macam jenis informasi yang tidak terbatas jumlahnya. Tentu kita semua akan setuju jika penulis katakan bahwa kita harus memanfaatkan beraneka ragam informasi yang tersebar di jagad maya tersebut sebagai sumber belajar setelah melalui seleksi sesuai kebutuhan. Para Master Trainer diharapkan dapat melatih dan memotivasi para guru agar mereka memiliki kemampuan dan kemauan dalam memanfaatkan TIK dalam kegiatan pembelajaran yang mereka lakukan. Karena amat disayangkan jika aneka ragam informasi yang lalu lalang di jagad maya tersebut dibiarkan begitu saja tanpa dimanfaatkan. Audio maupun radio merupakan salah satu komponen TIK yang berbasis suara/ bunyi yang sangat effektif dan sangat membantu para pendidik jika dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. Oleh karena itu penulis berharap kepada kepada pihak-pihak yang berkepentingan (khususnya para pendidik dan para pemangku kepentingan pendidikan) untuk mau memanfaatkan potensi Audio dan Radio untuk kepentingan pendidikan danpembelajaran.

K E P U S T A K A A N
Ade Koesnandar, Drs. M.Pd. “Dasar-Dasar Program Audio”, Pusat Teknologi
Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, 1999.
“Internet Radio”,http://en.wikipedia.org/wiki/internet_rqdio 4/18/2008 2.20 PM
“Rivalitas zune dan iPod”, http://fistonita.net , 4/18/2008
“Komunitas Teknologi Informasi Indonesia ”,http://indocommiit.com 4/18/2008
Romi Satria Wahono, Mengenal Radio Internet, http://RomiSatriaWahono.Net
February 4th, 2006
WAV: Waveform Audio Format, http://id.wikipedia.org/wiki/WAF/
Audio Digital, http://id.wikipedia.org/wiki/Audio digital/
iPod, http://id.wikipedia.org/wiki/iPod/
Waldopo Drs. M.Pd. “Teknik Menulis Naskah Untuk Program Audio
Pembelajaran”, Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Komunikasi
Pendidikan, Jakarta, 2006.
--------------- Pemanfaatan Media Audio dan Radio Untuk Pendidikan,
Pusat Teknologi Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta,
2003